Broadcaster
Mantan Atlet
Matahari masih malu – malu menampakkan
senyum indahnya. Digendongnya ransel biru kesayangannya. Langkah kecil yang
begitu ringan. Nuri, begitu ia biasa disapa, adalah seorang gadis berusia 9
tahun dengan mimpi besarnya menjadi seorang atlet renang. Tak pernah mengenal
kata lelah. Setiap hari ia menyambangi kolam renang tempat biasa ia berlatih.
Bersama beberapa temannya, ia menghabiskan sisa sorenya dengan latihan.
Rutinitas tiap harinya pun selalu sama, latihan, latihan dan latihan demi
mengejar mimpinya.
Turnamen
demi turnamen pun diikutinya, mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional.
Mengejar limit waktu menjadi PR terbesarnya agar selalu bisa mengikuti turnamen
nasional. Mengalami kegagalan menjadi hal yang lumrah dalam setiap pertandingan
Nuri. Sering gagal tak membuatnya putus asa, tanpa henti ia terus mencoba dan
berlatih melewati limit waktu.
Ketika
sang dewi malam sudah menguasai langit, Nuri dan teman – temannya masih
merendam tubuh mungilnya di dalam air. Turnamen semakin dekat dan latihan
diperketat. Dengan semangat yang membara ia mengikuti semua jadwal latihan yang
diberikan sang pelatih. Tetapi semangatnya itu tak dapat mengalahkan tubuh
mungilnya. Akibat latihan yang terlalu diforsir, ia jatuh sakit dan harus bedrest selama sebulan.
“Nuri
mau latihan.. Nuri mau menang.. Nuri mau berdiri di podium nomor satu..”
rintihnya.
“Nuri
harus istirahat dulu yaa, nanti kalo sudah sehat Nuri bisa ikut turnamen
lagi.”tutur sang bunda lembut seraya menenangkan Nuri.
“Tapi bunda,……” ucapannya terhenti karena
tangisnya tak dapat ia bendung lagi.
Penyakit
typhus yang menyerang tubuh mungil
Nuri semakin mengikis usus halusnya. Tubuhnya melemah sedangkan turnamen
semakin dekat. Akhirnya dengan terpaksa, Nuri harus merelakan satu turnamen
nasionalnya.
Setelah
sembuh dari sakitnya, Nuri kembali melakukan latihan seperti biasanya. Kali ini
ia harus menghadapi turnamen renang tingkat provinsi. Nuri kembali
memaksimalkan tenaga dan kemampuannya agar dapat meraih medali emas. Celakanya,
sakit typhus itu kembali menyerang
tubuh mungilnya. Nuri kembali harus melewatkan pertandingannya. Kejadian
seperti ini terus berulang hingga membuat orangtuanya khawatir dengan keadaan
Nuri.
Selama
berbulan – bulan ia di sandera oleh bundanya. Nuri tak diijinkan untuk kembali
turun ke kolam. Nuri benar – benar harus istirahat, sampai pada akhirnya orang
tua Nuri memutuskan untuk tak lagi mengijinkannya kembali ke dunia renang. Nuri
pun harus mengubur dalam – dalam mimpi besarnya menjadi seorang atlet renang
kelas dunia.
Tanpa
rutinitas renang, Nuri tetap terus menjalani hari – harinya. Masa – masa
sekolah dasar pun berhasil dilewati Nuri dan masuk di salah satu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) favorit di kotanya. Keterpurukan akibat larangan
orangtuanya untuk renang sempat menghampirinya.
Hari
itu adalah waktu penentuan pemilihan ekstrakurikuler di sekolahnya. Nuri tak
tau harus memilih apa selain eskul renang. Dilema. Ya, Nuri tentu dilema.
Hobinya kini ditentang orangtuanya, Nuri pun tak ingin mengecewakan mereka dan
akhirnya ia memilih eskul jurnalistik karena ikut – ikutan.
Nuri
tak pernah setengah – setengah dalam menjalankan pilihannya. Bertanggung jawab
dalam setiap pilihannya. Alhasil, walaupun awalnya sekedar ikut – ikutan, Nuri
berhasil menujukkan prestasinya di bidang jurnalistik. Prestasi ini juga yang
membawanya di terima di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit di
kotanya. Keterpurukannya karena gagal mewujudkan mimpi besarnya menjadi atlet
renang kelas dunia kini berubah menjadi mimpinya menjadi jurnalis dan penulis
yang handal.
Semasa
SMA, Nuri semakin menekuni dunia jurnalistik dan broadcasting. Mulai dari menulis berita, sastra, reporter, hingga
menjadi penyiar radio maupun televisi di sekolahnya. Nuri pun dipercaya menjadi
kepala radio komunitas yang dimiliki sekolahnya. Kebanggaan luar biasa
dirasakan oleh Nuri dan tentu saja orangtuanya.
Bermacam
penghargaan dari berbagai perlombaan yang diikutinya pun tak lepas dari
genggaman Nuri. Dari tingkat provinsi hingga nasional. Piagam penghargaan
jurnalistik Nuri pun mengalahkan piagam renang yang dimilikinya. Dua tulisan Nuri sempat dibukukan dan
diterbitkan oleh eskul jurnalistik yang diikutinya. Tentu saja kini Nuri bukan
lagi atlet renang dengan mimpinya untuk berlaga di olimpiade, tapi Nuri sang
jurnalis dan broadcaster.
Nuri tak lagi kecewa lagi harus
menanggalkan jaket atletnya karena kini ia mempunyai mimpi baru, yang juga
menjadi bakat terpendamnya. Jalan menuju mimpinya semakin lebar dengan
diterimanya Nuri sebagai Mahasiswa di prodi yang sangat membantunya mewujudkan
cita – citanya itu. Jangan pernah takut pada perubahan yang baik, jangan
menyerah dan putus asa karena Tuhan pasti memiliki rencana indah bagi setiap umatnya.
Nama : Melati Budi Srikandi
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Kelompok : Dinamis
FISIP UNS 2012