Posted Jumat, 10 Agustus 2012 by LaLa Melati

Broadcaster Mantan Atlet
Matahari masih malu – malu menampakkan senyum indahnya. Digendongnya ransel biru kesayangannya. Langkah kecil yang begitu ringan. Nuri, begitu ia biasa disapa, adalah seorang gadis berusia 9 tahun dengan mimpi besarnya menjadi seorang atlet renang. Tak pernah mengenal kata lelah. Setiap hari ia menyambangi kolam renang tempat biasa ia berlatih. Bersama beberapa temannya, ia menghabiskan sisa sorenya dengan latihan. Rutinitas tiap harinya pun selalu sama, latihan, latihan dan latihan demi mengejar mimpinya.
          Turnamen demi turnamen pun diikutinya, mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional. Mengejar limit waktu menjadi PR terbesarnya agar selalu bisa mengikuti turnamen nasional. Mengalami kegagalan menjadi hal yang lumrah dalam setiap pertandingan Nuri. Sering gagal tak membuatnya putus asa, tanpa henti ia terus mencoba dan berlatih melewati limit waktu.
          Ketika sang dewi malam sudah menguasai langit, Nuri dan teman – temannya masih merendam tubuh mungilnya di dalam air. Turnamen semakin dekat dan latihan diperketat. Dengan semangat yang membara ia mengikuti semua jadwal latihan yang diberikan sang pelatih. Tetapi semangatnya itu tak dapat mengalahkan tubuh mungilnya. Akibat latihan yang terlalu diforsir, ia jatuh sakit dan harus bedrest selama sebulan.
          “Nuri mau latihan.. Nuri mau menang.. Nuri mau berdiri di podium nomor satu..” rintihnya.
          “Nuri harus istirahat dulu yaa, nanti kalo sudah sehat Nuri bisa ikut turnamen lagi.”tutur sang bunda lembut seraya menenangkan Nuri.
            “Tapi bunda,……” ucapannya terhenti karena tangisnya tak dapat ia bendung lagi.
          Penyakit typhus yang menyerang tubuh mungil Nuri semakin mengikis usus halusnya. Tubuhnya melemah sedangkan turnamen semakin dekat. Akhirnya dengan terpaksa, Nuri harus merelakan satu turnamen nasionalnya.
          Setelah sembuh dari sakitnya, Nuri kembali melakukan latihan seperti biasanya. Kali ini ia harus menghadapi turnamen renang tingkat provinsi. Nuri kembali memaksimalkan tenaga dan kemampuannya agar dapat meraih medali emas. Celakanya, sakit typhus itu kembali menyerang tubuh mungilnya. Nuri kembali harus melewatkan pertandingannya. Kejadian seperti ini terus berulang hingga membuat orangtuanya khawatir dengan keadaan Nuri.
          Selama berbulan – bulan ia di sandera oleh bundanya. Nuri tak diijinkan untuk kembali turun ke kolam. Nuri benar – benar harus istirahat, sampai pada akhirnya orang tua Nuri memutuskan untuk tak lagi mengijinkannya kembali ke dunia renang. Nuri pun harus mengubur dalam – dalam mimpi besarnya menjadi seorang atlet renang kelas dunia.
          Tanpa rutinitas renang, Nuri tetap terus menjalani hari – harinya. Masa – masa sekolah dasar pun berhasil dilewati Nuri dan masuk di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) favorit di kotanya. Keterpurukan akibat larangan orangtuanya untuk renang sempat menghampirinya.
          Hari itu adalah waktu penentuan pemilihan ekstrakurikuler di sekolahnya. Nuri tak tau harus memilih apa selain eskul renang. Dilema. Ya, Nuri tentu dilema. Hobinya kini ditentang orangtuanya, Nuri pun tak ingin mengecewakan mereka dan akhirnya ia memilih eskul jurnalistik karena ikut – ikutan.
          Nuri tak pernah setengah – setengah dalam menjalankan pilihannya. Bertanggung jawab dalam setiap pilihannya. Alhasil, walaupun awalnya sekedar ikut – ikutan, Nuri berhasil menujukkan prestasinya di bidang jurnalistik. Prestasi ini juga yang membawanya di terima di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit di kotanya. Keterpurukannya karena gagal mewujudkan mimpi besarnya menjadi atlet renang kelas dunia kini berubah menjadi mimpinya menjadi jurnalis dan penulis yang handal.
          Semasa SMA, Nuri semakin menekuni dunia jurnalistik dan broadcasting. Mulai dari menulis berita, sastra, reporter, hingga menjadi penyiar radio maupun televisi di sekolahnya. Nuri pun dipercaya menjadi kepala radio komunitas yang dimiliki sekolahnya. Kebanggaan luar biasa dirasakan oleh Nuri dan tentu saja orangtuanya.
          Bermacam penghargaan dari berbagai perlombaan yang diikutinya pun tak lepas dari genggaman Nuri. Dari tingkat provinsi hingga nasional. Piagam penghargaan jurnalistik Nuri pun mengalahkan piagam renang yang dimilikinya.  Dua tulisan Nuri sempat dibukukan dan diterbitkan oleh eskul jurnalistik yang diikutinya. Tentu saja kini Nuri bukan lagi atlet renang dengan mimpinya untuk berlaga di olimpiade, tapi Nuri sang jurnalis dan broadcaster.
Nuri tak lagi kecewa lagi harus menanggalkan jaket atletnya karena kini ia mempunyai mimpi baru, yang juga menjadi bakat terpendamnya. Jalan menuju mimpinya semakin lebar dengan diterimanya Nuri sebagai Mahasiswa di prodi yang sangat membantunya mewujudkan cita – citanya itu. Jangan pernah takut pada perubahan yang baik, jangan menyerah dan putus asa karena Tuhan pasti memiliki rencana indah bagi setiap umatnya.


Nama               : Melati Budi Srikandi
Jurusan           : Ilmu Komunikasi
Kelompok         : Dinamis
         FISIP UNS 2012


0 komentar:

Posting Komentar